
Rekonsiliasi antara Otoritas Palestina (PLO) yang dikuasai oleh Partai Fatah dengan penguasa Jalur Gaza, Partai Hamas, sedikit banyak berpengaruh terhadap pembukaan kembali perbatasan. Mesir sendiri berperan sebagai mediator dalam negosiasi tersebut.
Melansir dari Reuters, Sabtu (18/11/2017), Hamas akhirnya menarik pasukannya dari tiga perbatasan di Jalur Gaza serta menyerahkannya kepada PLO pada 1 November. Langkah tersebut semakin memudahkan Mesir untuk mengurangi pelarangan terhadap arus barang dan orang dari dan ke Jalur Gaza.
Warga Palestina berharap pembukaan blokade tersebut dapat meringankan krisis ekonomi di Jalur Gaza. Sedikitnya lima unit bus yang dipenuhi penumpang sudah terlihat melewati perbatasan Rafah di Mesir tidak lama setelah dibuka. Meski demikian, polisi dari Hamas terlihat masih memeriksa dokumen para pelancong dari Jalur Gaza di tempat terpisah.
Mesir sendiri masih belum mengindikasikan perubahan kebijakan yang saat ini berlaku. Negeri Piramida hanya akan membuka perbatasan dengan Jalur Gaza sebanyak tiga kali dalam sepekan. Warga Palestina kini berharap perbatasan tersebut terbuka sepenuhnya sebagaimana sebelum 2007. Sekira 30 ribu orang warga Jalur Gaza sudah mengajukan izin masuk ke Mesir dalam beberapa bulan terakhir.
Pemerintah Mesir masih akan menggelar perundingan antara Hamas, Fatah, dan faksi lainnya pada 21 November mendatang. Beberapa isu yang hendak diangkat adalah rekonsiliasi penuh, termasuk pengaturan keamanan, serta kemungkinan penyelenggaraan pemilihan parlemen dan presiden di Palestina.
Sebagaimana diketahui, Mesir dan Israel memberlakukan kebijakan ketat terkait perbatasan dengan Jalur Gaza. Hamas, yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh negara-negara Barat, merenggut wilayah tersebut lewat konflik berdarah dengan tentara Partai Fatah yang loyal terhadap Presiden PLO Mahmoud Abbas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar